Asesoris Sound System
Ballanced
Input
Masukan
yang balance berguna untuk mencegah noise dan crosstalk pada
sinyal masukan tersebut. Ini merupakan standard yang digunakan di audio
profesional (audio pro). Namun makin lama makin sering digunakan untuk
peralatan hi-fi (audio untuk rumah). Balance interkoneksi bisa juga
menghindarkan dari masalah ground loop.
Balance
interkoneksi secara standar memakai tiga
kabel. Kabel pertama adalah kabel ground, dan kabel yang lain adalah kabel
sinyal yang fasanya berkebalikan atau berbeda 180 derajat. Balance input
dikendalikan oleh balance output dengan konektor standard yang dinamakan XLR.
Seringkali sinyal yang sefasa (in-phase) dinamakan “hot” atau “+”
sedangkan sinyal yang berkebalikan fasa (anti phase) dinamakan “cold”
atau “-“.
Secara
teori, jika ada noise atau hum yang sama
menginterferensi
atau melewati jalur kabel “hot”
dan “cold”, rangkaian penerima input balance akan menghilangkan noise
tersebut. Karena sinyal “cold” dibalik fasanya lalu dijumlahkan dengan
sinyal “hot”. Noise yang ada pada sinyal “cold” juga ikut dibalik
fasanya, ketika dijumlahkan dengan sinyal “hot” maka noise pada jalur “hot”
berkebalikan fasanya dengan noise yang ada pada jalur “cold”. Namun
prakteknya tidak sesempurna yang kita bayangkan. Selisih sedikit saja penguatan
absolut pada jalur “hot” dan jalur “cold” maka akan terjadi ketidakseimbangan.
Ketidakseimbangan ini dinamakan common mode ratio rejection (CMRR).
Selain
keuntungan di atas, balance interkoneksi juga menghasilkan jangkauan dinamik
yang lebih tinggi daripada unbalance interkoneksi. Ini disebabkan karena
standard level tegangan pada balance interkoneksi lebih tinggi yaitu 1,228Vrms
dibadingkan dengan level tegangan pada unbalance interkoneksi sebesar
0,316Vrms. Impedansi inputnya sebesar 10K ohm.
Disamping
keuntungannya ada juga kerugiannya. Rangkaian penerima sinyal balance umumnya
memiliki noise yang lebih tinggi daripada rangkaian penerima sinyal unbalance.
Namun ini dipadang tidak penting karena lebih penting menghilangkan noise pada
kabel yang panjang daripada meminimalkan noise pada rangkaian penerima
sinyalnya. Kerugiannya lagi, rangkaian penerima sinyal balance lebih rumit.
Rangkaian
penerima sinyal balance yang paling sederhana adalah sebagai berikut.
R1 harus
sama dengan R3 dan R2 harus sama dengan R4, jika tidak akan terjadi
ketidakseimbangan. Resistor yang digunakan harus presisi, minimal 1%.
Kadang-kadang R4 diganti dengan trimpot agar bisa diatur sehingga rangkaian
benar-benar seimbang. Caranya dengan menghubungkan sinyal IN- dan IN+ lalu
diberi sinyal. Rangkaian seimbang jika pada keluarannya tidak ada sinyal.
Rangkaian
praktis penerima sinyal balance dengan satu op-amp ada di bawah ini.
Implementasi
rangkaian penerima sinyal balance bermacam-macam. Umumnya memakai op-amp, namun
ada juga yang memakai trafo. Dengan memakai trafo, rangkaian jadi sederhana dan
CMRR sangat tinggi. Namun sulit untuk membuat trafo audio berkualitas tinggi.
Rangkaian output balance yang paling sederhana seperti ini.
Namun rangkaian tersebut bukan balance yang sebenarnya. Contoh rangkaian ouput balance yang sebenarnya ada di bawah ini.
Audio Compressor/Limiter/Gate
Fungsi kompresor/limitter pada audio sound system
kompresor/limitter
merupakan alat (rangkaian) yang berhubungan dengan gain base (dalam
dB). Alat ini digunakan untuk menstabilkan dinamika signal dari sebuah
instrument. contohnya ketika disaat seorang pemain drum memukul sebuah snare
sangat dipastikan kekuatan pukulannya tidak sama, kadang sangat kuat, kadang
pelan. Nah dengan kompresor/limitter inilah kita dapat mengkontrol
dinamika agar terdengar lebih stabil dan tidak terlalu lebar ekspresinya.
Contoh lainnya adalah ketika seorang penyanyi
bersuaran pelan saat intro, dan saat reff ia bernyanyi sangat kencang, maka
pada saat kita balancing part intro pada track vocal sudah pasti tidak akan
terdengar. Atau apabila part intro terdengar jelas, sudah pasti saat reff vocal
akan terasa terlalu besar volumenya.

Berikut ini adalah bagian pengaturan (control) yang
biasanya terdapat pada kompresor/limitter dan penjelas singkat fungsi
masing-masing bagiannya
- ATTACK
Waktu yang dibutuhkan untuk
mengaktifkan compressor nya. Apabila kita mensetting attack pada 0ms berarti
pada setting ini tidak akan ada attact sama sekali, dan sinyal yang diterima
akan langsung di compress oleh compressor. Compressor yang disetting attack
time nya pada 0ms akan membuat sound terasa tumpul, karena tidak akan ada
attack sama sekali, apabila ingin attack lebih banyak, maka perlambatlah attack
time.
- RELEASE
Release adalah berapa lama waktu
yang dibutuhkan untuk mengkompress sebelum melepaskan efek compressor untuk
kemudian mengkompress kembali. Seandainya release time di setting terlalu
singkat, maka sinyal belum dikompress dengan baik akhirnya sound-nya
terdengar seperti pumping (terpompa). Seandainya release time lambat, sinyal
akan terkompress kembali padahal belum dilepas, jadi pada saat setting release
kita harus hati-hati mengkombinasikan antara attact dan release time.
- RATIO
Perbandingan sinyal in dan out.
Ratio dimulai dari 1:1 sampai unlimited. 1:1 berarti apabila sinyal yang masuk
2dB maka yang keluar tetap 2dB. 2:1 apabila sinyal yang masuk 2dB maka yang
keluar adalah 1dB (karna perbandingan atau ratio nya 2:1.
- THRESHOLD
Level dimana compressor mulai
berkerja atau aktif. Lever dimulai dari angka 0dB hingga dengan unlimited.
Mensetting threshold diangka 0 artinya si compressor akan aktif atau bekerja
disaat sinyal menyentuh angka 0dB. Namun apabila sinyal tidak menyentuh angka 0
berarti si compressor belum bekerja. Level threshold tergantung pada sinyal.
Semakin kecil sinyal maka threshold nya pun diset makin besar.
- OUTPUT
Output ini dapat dikatan gain,
terkadang kita sudah menaikan fader hingga maksimum tetapi sound terasa kurang
kencang. Kita dapat menggunakan output dari compressor untuk menaikan level
volume.
- ATTENUATION
Biasanya dinamakan juga Gain
Reduction. Digunakan untuk melihat berapa dB sinyal yang sudah terkompress
setiap kali menyentuh threshold. Semakin tinggi dB nya berarti semakin banyak
sinyal yang terkompress.

CROSSOVER MANAGEMENT
Crossover
adalah suatu perangkat yang sangat diperlukan ketika menggunakan power
amplifier lebih dari satu dengan istilah lain membagi sinyal input menjadi
beberapa sinyal output sesuai dengan jumlah channel standar Internasional.
Kebanyakan crossover di pasaran ada yang bertipe 2 way, 3 way, 4 way baik mono
maupun stereo. Crossover 2 way terdiri dari channel output untuk Low dan Hi
yang bisa di seting mono maupun stereo. Crossover 3 way terdiri dari channel
output untuk Low, Mid, Hi yang bias di seting mono maupun stereo. Crossover 4
way terdiri dari channel output untuk Low, Mid-Low, Mid-Hi, Hi yang hanya bias
di seting mono.
Jenis –
jenis Crossover :
1. Crossover 2 way
Crossover 2 way memiliki 2 input (stereo) dan
memiliki 2 output pada setiap channel (mono) dan parametriknya bisa di rubah
levelnya dari potensio atau knob yang sudah disediakan. Panel standarnya
seperti Input level/Output level/gain, LF Freq, MH Freq, inverting post, low
cut post, mute.
Input level/Output level/gain berfungsi untuk mengatur
level sinyal masuk ataupun sinyal yang keluar dari perangkat Crossover.
LF Freq berfungsi sebagai pengubah frekwensi Low
atau Bass. Semakin tinggi frekwensi Low/Bass nya maka semakin kasar dan tumpul
hasil suaranya sedangkan semakin rendah frekwensi LF maka semakin halus dan
lembut hasil suaranya.
MH Freq berfungsi sebagai pengubah frekwensi Mid-Hi.
Semakin tinggi frekwensi MH nya maka semakin kering (treeble) hasil suaranya
sedangkan semakin rendah frekwensi MH nya maka semakin Dalam (Mid-Low) hasil suaranya.
Inverting Post adalah tombol untuk mengalihkan
dinamika frekwensi yang asalnya tidak terbalik menjadi terbalik. Efeknya adalah
tendangan dau speeker yang harmonis menjadi terporsir atau tidak harmonis.
Low cut Post berfungsi sebagai pemotong atau sebagai
pass frekwensi yang dikehendaki. Apabila low cut bertuliskan 30Hz maka
frekwensi 30Hz ke bawah akan di cut.
Tombol mute berfungsi sebagai pemotong atau cut
semua sinyal supaya tidak ada sinyal yang masuk dan keluar.
2. Crossover 3 way
Crossover 3 way memiliki 2 input (stereo) dan memiliki 3 output pada
setiap channel (mono) dan parametriknya bisa di rubah levelnya dari potensio
atau knob yang sudah disediakan. Panel standarnya seperti Input level/Output
level/gain, LF Freq, MH Freq, inverting post, low cut post, mute.
Input level/Output level/gain berfungsi untuk
mengatur level sinyal masuk ataupun sinyal yang keluar dari perangkat
Crossover.
LF Freq berfungsi sebagai pengubah frekwensi Low
atau Bass. Semakin tinggi frekwensi Low/Bass nya maka semakin kasar dan tumpul
hasil suaranya sedangkan semakin rendah frekwensi LF maka semakin halus dan
lembut hasil suaranya.
MH Freq berfungsi sebagai pengubah frekwensi
Mid-Hi. Semakin tinggi frekwensi MH nya maka semakin kering (treeble) hasil
suaranya sedangkan semakin rendah frekwensi MH nya maka semakin Dalam (Mid-Low)
hasil suaranya.
Inverting Post adalah tombol untuk mengalihkan
dinamika frekwensi yang asalnya tidak terbalik menjadi terbalik. Efeknya adalah
tendangan dau speeker yang harmonis menjadi terporsir atau tidak harmonis.
Low cut Post berfungsi sebagai pemotong atau
sebagai pass frekwensi yang dikehendaki. Apabila low cut bertuliskan 30Hz maka
frekwensi 30Hz ke bawah akan di cut.
Tombol mute berfungsi sebagai pemotong atau cut
semua sinyal supaya tidak ada sinyal yang masuk dan keluar.
3. Crossover 3 way stereo/4 way mono
Crossover 3 way stereo/4 way mono memiliki 2 input (stereo) dan memiliki
3 way stereo/4 way mono output pada setiap channel (mono-stereo) dan
parametriknya bisa di rubah levelnya dari potensio atau knob yang sudah
disediakan. Panel standarnya seperti Input level/Output level/gain, LF Freq, MH
Freq, delay, inverting post, low cut post, mute.
Input level/Output level/gain berfungsi untuk
mengatur level sinyal masuk ataupun sinyal yang keluar dari perangkat
Crossover.
LF Freq berfungsi sebagai pengubah frekwensi Low
atau Bass. Semakin tinggi frekwensi Low/Bass nya maka semakin kasar dan tumpul
hasil suaranya sedangkan semakin rendah frekwensi LF maka semakin halus dan
lembut hasil suaranya.
MH Freq berfungsi sebagai pengubah frekwensi
Mid-Hi. Semakin tinggi frekwensi MH nya maka semakin kering (treeble) hasil
suaranya sedangkan semakin rendah frekwensi MH nya maka semakin Dalam (Mid-Low)
hasil suaranya.
Delay berfungsi sebagai penundaan output frekwensi
Low (Bass) yang memiliki satuan mili
second sampai dengan 1 second untuk menyeimbangkan keluaran nada low dengan
nada yang lainnya
Inverting Post adalah tombol untuk mengalihkan
dinamika frekwensi yang asalnya tidak terbalik menjadi terbalik. Efeknya adalah
tendangan dau speeker yang harmonis menjadi terporsir atau tidak harmonis.
Low cut Post berfungsi sebagai pemotong atau
sebagai pass frekwensi yang dikehendaki. Apabila low cut bertuliskan 30Hz maka
frekwensi 30Hz ke bawah akan di cut.
Tombol mute berfungsi sebagai pemotong atau cut
semua sinyal supaya tidak ada sinyal yang masuk dan keluar.
EQUALIZER / EQ
Equalizer
adalah alat yang digunakan untuk menyeimbangkan (menyelaraskan) dan meratakan
semua frekwensi yang perlu diratakan atau frekwensi yang mau di tonjolkan.
Equalizer terdiri dari banyak tipe dan band. Ada equalizer yang mumpuni untuk
di dalam ruangan biasanya mulai dari equalizer 2 X 5 sampai 2 X 16 band
sedangkan untuk kelas professional ada yang 1 X 20 band sampai 2 X 36 band
equalizer.
Equalizer
diperuntukan sebagai perata, penonjol, pengompres salah satu bahkan beberapa
frekwensi yang dikehendaki nilainya untuk di rubah. Apabila sebuah perangkat
audio mixer memiliki frekwensi low bawaan pabrik yang frekwensinya jatuh pada
80Hz tetapi yang kita inginkan frekwensi lownya jatuh pada 62/60Hz maka kita
dapat menurunkan nilai frekwensi 80Hz ke nilai -1dB dan menaikan frekwensi pada
62Hz atau 60Hz ke +1dB Begitu seterunya untuk semua band.
Banyak
sekali merk – merk equalizer di pasaran ada yang merk terkenal, harga mahal,
kualitas bagus tetapi ada juga harga mahal kualitas nya jelek ada juga yang
merk standar harga murah kualitas bagus. Cara memilih equalizer yang bagus
adalah dengan melihat spesifikasinya, jumlah Band nya, dan bila perlu dites
secara langsung ditoko nya.
POWER AMPLIFIER
Power
amplifier adalah suatu perangkat yang sangat penting di bidang pengolahan suara
karena power amplifier adalah alat yang menyuplay sejumlah daya ke speeker
sebagai pengolahan suara akhir. Kualitas power amplifier di tentukan oleh
besarnya arus (Ampere), voltase sekunder, kapasitor PSU nya, serta jenis dan
banyaknya transistor final yang digunakan. Semakin besar arus yang dikonsumsi
(Ampere) dan voltase serta jenis transistor yang memadai (Ideal) maka kualitas
suara nya juga bagus tetapi juga tetap berpengaruh pada jenis dan daya maximum
yang ada pada speeker yang digunakan.
Speeker
adalah pasangan dari power amplifier
yang dimana “Jika ada speeker pasti ada Power Amplifier” dan “Jika ada Speeker
tetapi tidak ada Power Amplifier
maka tidak ada bunyi dan Jika ada Power Amplifier tetapi tidak ada Speekernya maka tidak ada bunyi” itu yang disebut dengan “pasangan”.
Sebagus
apapun kualitas power amplifiernya tetapi pasangannya (speeker) jelek maka
suara yang dihasilkan tidak akan sama dengan kualitas suara yang diberikan oleh
power amplifiernya juga sebaliknya sebagus apapun speeker yang digunakan tetapi
pasangannya (power amplifier) jelek maka suara yang dihasilkannya tidak akan
sama dengan kualitas suara speekernya.
Secara
global penggunaan perangkat final audio (power amplifier + speeker) harus
sebisa mungkin disamakan spesifikasnya apabila speeker yang digunakan standar
maka diberikan power yang standar juga, apabila speeker yang digunakan bagus
maka diberikan power amplifier yang bagus. Dengan demikian kualitas suara yang
dihasilkan dapat sebanding dengan kualitas perangkat final audionya.
A. Komponen power amplifier
1. Power supply (PSU)
Digunakan sebagai sumber daya dan arus untuk
menyuply sejumlah rangkaian yang ada di power amplifier tersebut. PSU terdiri
dari diode bridge, capasitor, serta capasitor milar. PSU menyuply daya pada
beberapa komponen yang ada di power amplifier contohnya driver kit, transistor,
speeker protector, dan indicator yang lainnya juga bagus atau tidaknya suara
yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh PSU ini apabila PSU yang digunakan dapat
bekerja dengan baik pada saat beban maksimal maka kualitas suara yang
dihasilkan pula akan jernih walaupun power amplifier bekerja dalam beban yang
maksimal.
2. Panel indicator
Panel indicator terdiri dari jack input, jack link
output, speeker out, indicator lampu power, pre-Amp dan banyak variasi lainnya.
Panel indicator sering juga di sebut Pre-Amp.
3. Driver kit
Driver kit atau disebut sebagai rangkaian power amplifier yang utama.
Driver kit adalah sebuah rangkaian yang sangat vital sehingga apabila terdapat
sebuah gangguan kecil di driver kit maka akan memengaruhi hasil suara juga.
4. Transistor final
Transistor final sangat penting perannya dalam
system penguatan akhir (Final Amplifier) karena dari jenis,
daya tahan, watt, dan data sheet nya juga berbeda dan banyak variasinya.
Penggunaan transistor final yang tepat dengan kapasitas daya dan arus yang
besar akan lebih baik ketimbang transistor yang daya serta arus yang rendah.
5. Speeker protector
Adalah suatu komponen yang penting di saat waktu
pertama kalinya power amplifier dihidupkan. Power amplifier saat pertama kali
dihidupkan akan menghasulkan lojakan daya dan arus yang besar (dust) yang mengakibatkan
speeker terasa tertendang dengan keras (jedugh) dan hal tersebut dapat
berakibat rusaknya spul dan diafragma speeker itu sendiri.
Speeker protector bertugas sebagai memberikan delay
(memutus arus menuju speeker untuk sementara) pada saat power amplifier
dinyalakan untuk pertama kalinya sehingga bunyi dust (jedugh) tidak terslaurkan
ke speeker tetapi terbuang di speeker protector. Speeker protector juga bisa
menjaga speeker tetap aman pada beban berat dan masukan yang besar.




Komentar
Posting Komentar